Keterangan Gambar : Direktur Pemberdayaan Informatika Dr. Ir. Bonifasius Wahyu Pudjianto. M.Eng
Berdasarkan penuturan Direktur Pemberdayaan Informatika Dr. Ir.
Bonifasius Wahyu Pudjianto. M.Eng, sekitar 202,6 juta masyarakat di Indonesia
menggunakan internet dengan 170 juta pengguna aktif sosial media.
Sementara untuk penggunaan internet di Indonesia rata-rata 8 jam 52
menit.
Meskipun
dipandang sebagai kebutuhan dasar, sayangnya belum semua kalangan siap, dengan
semua orang dipaksa untuk berpindah aktivitas yang sebelumnya dimulai dari
tatap muka menjadi aktivitas daring atau online. Boni juga menyadari bahwa
kemampuan literasi menjadi aspek mendasar dari perkembangan digital
ekonomi.
Di
tengah pandemi COVID-19 ini, ia mengakui masih merasakan adanya gap antara
kemampuan literasi digital. Terutama, di daerah pedesaan.
“Kita
tahu 83 ribu desa di Indonesia, masih ada 12.148 desa yang belum memiliki
jaringan 4G. Mengetahui meningkatkan kebutuhan internet di Indonesia,
Kemkominfo menargetkan kebutuhan jaringan network ini sudah bisa merata di
tahun 2022,” tutur Pak Boni di forum SEA IGF 2021.
Selain
adanya keterbatasan akses internet yang akan diusahakan merata pada tahun
depan, pemerintah juga melihat masih ada kesenjangan literasi
digital. Salah satunya melalui program literasi digital untuk
mendukung masyarakat yang melek digital.
Kini, Kemkominfo berharap
program literasi digital yang dijalankan pada 2020-2024 ini dapat menutupi gap
di masyarakat. Namun, Boni menyadari bahwa pemerintah tidak dapat melakukannya
sendiri untuk mencapai pemerataan literasi digital dan internet di Indonesia.
Kini pemerintah berkolaborasi dengan Digital Pathways Oxford, Smeru, CSIS
untuk mendukung kerangka kerja literasi digital.
Selama
ini, pemerataan masyarakat literat internet telah dibantu dari berbagai
akademisi termasuk dari masyarakat itu sendiri.
Dijelaskan
lebih lanjut oleh Rinda Cahyana, M. T. selaku Relawan TIK dan dosen Sekolah
Tinggi Teknologi Garut, dibutuhkan telecenter di negara-negara berkembang untuk
mendukung masyarakat yang literat terhadap teknologi informasi. Hal ini telah
diimplementasikan di Indonesia melalui Relawan TIK yang ada di setiap daerah.
“Telecenter
disediakan di negara berkembang, sebagai upaya untuk membawa orang-orang yang
belum siap berdigital untuk menjadi orang-orang yang memahami, apa sih
kegunaannya mereka menjadi masyarakat yang (melek teknologi) informasi.
Telecenter ini membuat orang paham dan membawa orang-orang yang takut perangkat
teknologi.” jelas Rinda pada forum yang sama.
Rinda
mengatakan, telecenter ini menyediakan segala informasi termasuk perangkat
teknologi dan informasi, untuk mendukung kebutuhan masyarakat yang perlu
mengakses internet. Di samping itu, telecenter juga membantu mengedukasi
masyarakat dalam menghadapi beragam tantangan hidup di dunia digital, mulai
dari menghadapi hoaks, menghindari hate speech, termasuk
etika berinteraksi di media sosial.
Menyambung
kebutuhan di era pandemi COVID-19, banyak sekali masyarakat yang membutuhkan
lapangan pekerjaan. Saat ini dibutuhkan pejuang dari masyarakat yang mampu
memberdayakan sesamanya, untuk memberikan lapangan pekerjaan dengan cara mudah.
“Untuk
membawa masyarakat sedemikian banyak ini, pemerintah memiliki SDM yang
terbatas. Maka, diperlukan banyak warga negara yang secara sukarela mau
membantu pemerintah untuk melakukan pembebasan dari buta digital ini. Salah
satunya adalah relawan TIK,” ujar Rinda menekankan pentingnya kolaborasi
masyarakat sipil dengan pemerintahan untuk dukung literasi digital.
Tulis Komentar